Median Jalan Pahlawan Dibiarkan Terbuka, TWAP Soroti Estetika dan Risiko Keselamatan

img 20251101 wa0003
Kondisi Median Jalan Pahlawan yang sudah dibongkar beberapa waktu lalu, namun belum dipasang kembali. (ns/kaltimvoice)

KALTIMVOICE.ID, SAMARINDA — Kondisi median di beberapa ruas jalan utama Samarinda kembali menjadi sorotan publik. Tim Wali Kota untuk Akselerasi Pembangunan (TWAP) menilai sejumlah proyek pembongkaran median yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) justru meninggalkan kesan semrawut di tengah kota.

Salah satu yang paling menonjol terlihat di Jalan Pahlawan. Median yang dulu rapi berlapis keramik kini tampak terbuka tanpa pengaman setelah dibongkar beberapa waktu lalu. Proyek dengan nilai mencapai Rp5 miliar itu kini dinilai tidak berjalan sesuai ekspektasi.

Anggota Bidang Infrastruktur, Lingkungan Hidup, dan Ketahanan Iklim TWAP Samarinda, Sukisman, mengatakan pengerjaan median semestinya dilakukan dengan perencanaan yang matang agar tidak mengganggu keselamatan pengguna jalan.

“Peningkatan mungkin peningkatan median jalan karena ada beberapa aspek yang kita nilai agak-agak tidak sesuai dengan prosedur kerja. Dampak-dampak aspeknya itu antara lain aspek keselamatan pengguna jalan,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).

Ia mengingatkan bahwa median yang dibiarkan terbuka terlalu lama bisa menimbulkan risiko serius. Selain berpotensi longsor, kondisi tanah yang tidak tertutup juga dapat membuat akar pohon kehilangan tumpuan dan mudah tumbang saat hujan deras.

“Kalau misalnya dibiarkan berlarut-larut begitu, tanah-tanahnya bisa terbongkar, kena hujan larut, kemudian pohonnya bisa tumbang. Itu dari sisi keselamatan pengguna jalan,” jelasnya.

Tak hanya ancaman bagi pengguna jalan, TWAP juga menyoroti dampak lingkungan dari proyek yang mangkrak tersebut. Tanah yang tergerus hujan bisa menimbulkan genangan lumpur di badan jalan, sementara di musim panas akan berubah menjadi debu yang beterbangan. “Karena larutnya tadi tanah-tanahnya ini, pada saat musim panas debu muncul, pada saat musim hujan lumpur,” katanya.

Lebih jauh, Sukisman menilai kondisi ini turut mencoreng wajah kota. Median yang dibiarkan terbuka di jantung kota menimbulkan kesan tidak terurus dan mengurangi nilai estetika kawasan perkotaan.

“Kalau dibuat begitu kan tidak indah kelihatannya. Harusnya dikupas, langsung dipasang, datangkan bahannya, langsung pasang. Ini dibiarkan saja dulu,” tegasnya.

TWAP juga telah membahas hal tersebut dalam rapat koordinasi bersama Dinas PUPR Samarinda. Dalam pertemuan itu, tim menekankan pentingnya menyesuaikan skala pembongkaran dengan ketersediaan bahan dan tenaga kerja di lapangan, bukan membuka seluruh area tanpa rencana waktu yang jelas.

“Kita menginginkan membuka supaya disesuaikan dengan bahan yang ada, dengan tenaga kerja yang mau bekerja. Jadi seberapa bahan yang ada, berapa lama dia kerja, berapa meter dia bisa kerjakan, nah itu yang dibuka dulu, jangan dibuka seluas-luasnya begitu,” ujarnya.

Dalam rapat yang sama, terungkap salah satu penyebab keterlambatan proyek adalah distribusi material yang tidak lancar. “Kendalanya, bahan-bahannya tidak kontinu di sana, tempat nyetaknya itu di Palaran,” ungkap Sukisman.

Namun, TWAP menegaskan bahwa kendala tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk menelantarkan median dalam waktu lama. Selain mengganggu keindahan kota, kondisi itu juga menciptakan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang melintas setiap hari di ruas utama tersebut.

Pihak Dinas PUPR dikabarkan telah menyanggupi percepatan penyelesaian proyek. TWAP berharap prosesnya dapat dirampungkan segera, mengingat jalan itu menjadi salah satu akses utama yang sering dilewati pejabat daerah. “Apalagi itu jalan lewat-lewatnya Pak Wali Kota pulang kan,” pungkasnya. (ns)

Share:

Facebook
Telegram
WhatsApp
X

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *