Disdikbud Kaltim Berdayakan Pelajar SMK Kembangkan Sumber Energi Terbarukan

img 20251101 wa0012
Kabid Pembinaan SMK Disdikbud Kaltim (yud/kaltimvoice.id)

KALTIMVOICE.ID, SAMARINDA – Dunia pendidikan di Kalimantan Timur kini mulai bergerak aktif mendukung transisi energi bersih. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, pemerintah provinsi mendorong siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengembangkan kemiri sunan sebagai bahan baku biodiesel, sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

Kabid Pembinaan SMK Disdikbud Kaltim, Surasa menjelaskan, langkah ini merupakan bagian dari peran pendidikan vokasi dalam mendukung agenda energi hijau nasional. “Misalkan kami di bidang SMK itu telah menginisiasi menanam kemiri sunan, di mana minyaknya itu sebagai bahan baku biodiesel,” ujarnya di Samarinda, Sabtu (1/11/2025).

Ia menuturkan, SMK memiliki peran strategis dari hulu hingga hilir dalam isu transisi energi. Penanaman kemiri sunan menjadi bentuk kontribusi konkret dari sektor pendidikan, meski proses hilirisasi hingga menjadi biodiesel tetap memerlukan sinergi lintas sektor.

“Tentu sampai dengan hilirisasi ke biodiesel, diperlukan stakeholder pendidikan, bukan hanya Dinas Pendidikan, tapi para pihak termasuk pelaku industri,” katanya.

Surasa menilai, kolaborasi tersebut tidak hanya memperkuat arah kebijakan energi bersih, tetapi juga menjadi upaya menjaga lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi berkelanjutan. “Salah satunya ya melalui biodiesel yang bersumber dari kemiri sunan,” tambahnya.

Dirinya mengungkapkan, penanaman pohon seperti kemiri sunan memiliki nilai lebih dari sekadar hasil panen buahnya. Tanaman ini turut berperan dalam memperbaiki iklim dan menyediakan oksigen. “Itu kan juga bagian dari kita warga masyarakat menjaga transisi energi,” katanya.

Selain fokus pada aspek lingkungan, Disdikbud Kaltim juga menyiapkan SDM vokasi yang siap menghadapi industri hijau. Surasa mengakui masih ada tantangan dalam menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri, khususnya terkait klasifikasi pekerjaan hijau (green jobs). Untuk itu, SMK kini mengembangkan program “mikro kredensial” agar siswa memiliki keterampilan spesifik dan aplikatif.

“Mikro kredensial itu kita mengharapkan anak-anak bisa memiliki keterampilan fokus kepada sub bidang usaha tertentu,” jelasnya.

Dengan sistem ini, siswa dapat menguasai kompetensi spesifik seperti teknologi baterai pada motor listrik. “Langkah ini kami yakini mampu menjembatani kebutuhan industri hijau yang dinamis dengan lulusan vokasi yang kompeten,” tutupnya. (yud)

Share:

Facebook
Telegram
WhatsApp
X

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *