KALTIM VOICE, BONTANG – Program Wisata Industri Bontang yang digagas oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Kota Bontang terus menunjukkan progres positif. Mengusung konsep Kolabora Sinergi Pentahelix, program ini menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan edukasi berbasis potensi lokal di sekitar kawasan industri Bontang.
Ketua DPC Masata Bontang, Eko Satrya, menjelaskan bahwa konsep wisata industri yang dijalankan pihaknya kini telah beranjak dari tahap perencanaan menuju tahap implementasi melalui serangkaian program aksi di lapangan.
“Program Wisata Industri Bontang ini berbasis pada pemberdayaan SDM dan edukasi. Saat ini kami sudah berada di tahap implementasi, di mana sejumlah pelatihan telah berjalan dengan baik dan menunjukkan hasil positif,” ujar Eko.
Salah satu bentuk nyata implementasi program ini adalah Pelatihan Driver Sapta Pesona bagi profesi pengemudi atau driver travel transportasi darat. Hingga saat ini, pelatihan tersebut telah dilaksanakan dalam dua angkatan dan berhasil menanamkan nilai-nilai dasar Sapta Pesona aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan kepada para peserta.
Pelatihan ini bertujuan membentuk pengemudi yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga memiliki karakter dan etika pelayanan yang sesuai dengan citra kota wisata industri.
Keberhasilan dua angkatan pelatihan driver tersebut menjadi pijakan untuk kegiatan selanjutnya. Masata Bontang akan melaksanakan pelatihan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta profesi caddy pendamping pemain golf pada bulan November mendatang.
“Masing-masing pelatihan memiliki tema berbeda, tetapi substansinya sama: pengembangan kualitas SDM lokal. Kami ingin seluruh pelaku di sektor pendukung wisata industri memiliki kemampuan yang berdaya saing dan berkarakter,” tambah Eko.
Program Wisata Industri Bontang dibangun dengan pendekatan Kolabora Sinergi Pentahelix, yang melibatkan lima unsur penting pembangunan: pemerintah, industri, akademisi, komunitas, dan media.
Masata Bontang memprioritaskan kolaborasi dengan lingkungan industri sebagai pusat (episentrum) penggerak program. Hal ini dinilai sejalan dengan program CSR/TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan di Kota Bontang, sehingga bisa memberikan dampak sosial yang lebih luas.
“Kami mengintegrasikan sektor industri dalam Program Wisata Industri Bontang karena keduanya saling berkaitan. Dukungan dari dunia industri menjadi kunci keberlanjutan program ini,” jelas Eko Satrya.
Melalui pendekatan berbasis edukasi dan pemberdayaan masyarakat, Masata Bontang berupaya menciptakan ekosistem wisata industri yang kuat, berkelanjutan, dan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
Konsep Kolabora Sinergi Pentahelix diharapkan dapat menjadi model pembangunan inklusif, di mana seluruh elemen, mulai dari pelaku industri hingga komunitas berperan aktif dalam membangun kesadaran wisata serta karakter SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi.
“Kami percaya, perubahan yang besar selalu dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama. Kolaborasi adalah kunci,” tutup Eko Satrya optimistis. (Mzhra).