KALTIMVOICE.ID, SAMARINDA – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kalimantan Timur memberikan peluang luas bagi kelompok peternak yang ingin mengajukan Program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT). Program ini menjadi prioritas pemerintah provinsi untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemberdayaan kelompok ternak di 841 desa se-Kaltim.
Dalam skema PDKT, dukungan diberikan secara terpadu, mulai dari penyediaan pakan hijauan, pembangunan kandang, hingga distribusi hewan ternak. Saat ini, program baru mencakup sapi, kambing, dan tahap awal untuk domba.
Meski demikian, pemerintah provinsi menyatakan sangat terbuka untuk diversifikasi komoditas lainnya sesuai kebutuhan daerah. “Pada prinsipnya program ini fleksibel. Saat ini memang fokus pada sapi dan kambing, tetapi kabupaten dan kota bebas mengusulkan komoditas sesuai potensi wilayah masing-masing. Keputusan tidak ditentukan provinsi, melainkan berdasarkan rekomendasi daerah,” jelas Kepala DPKH Kaltim, Fahmi Himawan, Sabtu (4/10/2025).
Fahmi menambahkan, mekanisme PDKT bersifat bottom-up, di mana usulan berasal dari pemerintah kabupaten/kota. Setelah mendapat rekomendasi bupati atau wali kota, usulan tersebut diteruskan ke provinsi untuk kemudian dieksekusi oleh gubernur.
Skema ini sekaligus memastikan program berkelanjutan, sebab ketika dukungan provinsi berakhir, kabupaten/kota diharapkan mampu melanjutkan pengembangan secara mandiri. Ia mencontohkan, jika ada daerah seperti Kutai Barat atau Mahakam Ulu yang mengusulkan pengembangan babi, maka pemerintah provinsi akan menyusun alur bisnis serta petunjuk teknis baru.
Pasalnya, kedua daerah tersebut memiliki populasi masyarakat non-muslim cukup besar sehingga kebutuhan konsumsi maupun nilai adat terhadap babi tergolong tinggi. “Diversifikasi komoditas tentu memungkinkan, termasuk untuk ternak babi, madu kelulut, hingga sarang burung walet. Hanya saja, kami perlu menyiapkan terlebih dahulu petunjuk teknis dan mekanisme bisnisnya. Saat ini yang tersedia baru untuk sapi dan kambing,” terang Fahmi.
Program PDKT tidak berhenti pada penyediaan hewan, tetapi juga mencakup fasilitas pendukung. Bantuan meliputi gudang pakan, gudang limbah, alat pencacah hijauan (chopper), timbangan ternak, hingga lahan hijauan untuk pakan. Dengan sistem ini, peternak didorong agar dapat mandiri mulai dari pemeliharaan hingga pengolahan hasil ternak.
“Harapannya dalam dua hingga tiga tahun, kelompok ternak sudah mampu maju secara mandiri tanpa bergantung penuh pada bantuan pemerintah. Dengan begitu, sektor peternakan di Kaltim dapat berkembang secara modern dan berkelanjutan,” tegasnya.
Meski demikian, Fahmi mengingatkan bahwa khusus pengembangan ternak babi, ada tantangan serius yang harus diwaspadai, yakni ancaman penyakit African Swine Fever (ASF). Virus ini dinilai sulit diberantas sepenuhnya dari lingkungan kandang, sehingga perlu langkah ekstra hati-hati dalam penerapan program.
“Risiko ASF memang masih menjadi kendala besar. Membersihkan kandang hingga benar-benar bebas dari virus tersebut bukan perkara mudah sehingga kami tetap berhati-hati dalam merencanakan pengembangan komoditas ini,” pungkasnya.(ns)