KALTIMVOICE, SAMARINDA – Ketahanan pangan di Kalimantan Timur tidak hanya bertumpu pada beras atau jagung. Ada satu komoditas lokal yang juga menjadi kebanggaan daerah, yakni pisang kepok gerecek.
Namun, keberadaannya kini terancam penyakit pusarium yang mudah menular melalui udara dan dapat memusnahkan satu kebun hanya dalam waktu singkat.
Di tengah ancaman itu, teknologi kultur jaringan hadir sebagai penyelamat. Melalui metode ini, bibit pisang bisa diproduksi massal sekaligus lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Koordinator Kultur Jaringan Dinas Pangan Kaltim, Hairunnisa, menegaskan bahwa teknik tersebut mampu memberikan hasil signifikan. “Manfaatnya memperbanyak bibit lebih mudah, bisa mencapai ribuan tanaman, dan daya tahannya terhadap penyakit lebih tinggi,” jelasnya, Jumat (19/9/2025).
Meskipun menjanjikan, ia mengingatkan bahwa proses awal sangat menentukan. Pemilihan induk harus benar-benar steril. Sebab, satu saja bibit yang terkontaminasi bisa membawa penyakit ke ribuan generasi baru. “Pusarium penyebarannya sangat cepat melalui udara, jadi pohon induk harus benar-benar bersih,” ujarnya.
Dalam dua tahun terakhir, laboratorium kultur jaringan yang dikelola Dinas Pangan Kaltim telah memproduksi puluhan ribu bibit pisang kepok gerecek. Untuk tahun ini, targetnya lebih ambisius, yakni 60 ribu bibit yang akan disalurkan ke 10 kabupaten/kota di Kaltim.
Sujatmiko, staf Bidang Pangan Dinas Pangan Kaltim, menambahkan bahwa keunggulan kultur jaringan tidak sebatas pada ketahanan penyakit. “Kalau bibit biasa produktivitasnya tidak bisa diprediksi. Sementara yang dari kultur jaringan lebih terukur, lebih tahan penyakit, dan kualitas buahnya juga lebih unggul,” tuturnya.
Ciri khas pisang kepok gerecek yang berbuah legit, berdaging padat, dan berwarna kuning cerah menjadi alasan kuat untuk terus mempertahankannya. Oleh karena itu, upaya memperbanyak bibit melalui kultur jaringan dipandang sebagai langkah penting untuk menjaga identitas pangan lokal Kaltim.
“Pisang gerecek ini punya keunggulan tersendiri, makanya kita perbanyak untuk memperkuat produksi lokal,” pungkas Hairunnisa. (ns)