KALTIM VOICE, SAMARINDA — Suara debur ombak di pesisir Kalimantan Timur (Kaltim) menyimpan cerita. Bukan hanya keindahan alam. Di balik hutan mangrove yang rimbun, tersimpan potensi ekonomi besar melalui perdagangan karbon biru, sebuah peluang yang kini mulai digarap serius pemerintah provinsi.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menegaskan bahwa keuntungan dari perdagangan karbon biru nantinya harus benar-benar kembali untuk masyarakat setempat.
“Karbon ini milik Kalimantan Timur. Seluruh hasil perdagangan karbon harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat di sini,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).
Melalui skema business to business (B2B), Kaltim berencana melelang karbon biru kepada pihak yang membutuhkan. Keuntungan dari transaksi ini, kata Seno, akan difokuskan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi di desa-desa pesisir.
“Nantinya kita akan bertransaksi secara business to business. Karena lahannya kita yang punya, sementara negara lain sangat membutuhkan karbon ini. Jadi, kita akan melelang dan memperdagangkan karbon dengan harga terbaik yang bisa dicapai,” jelasnya.
Selain memberi pemasukan daerah, pengelolaan karbon biru juga dipadukan dengan upaya pelestarian lingkungan. Pemerintah ingin memastikan pembangunan ekonomi tetap selaras dengan konservasi alam.
“Dana dari perdagangan karbon ini nantinya akan digunakan untuk membangun infrastruktur desa, pengembangan pertanian, dan peningkatan kegiatan ekonomi desa melalui yayasan yang difasilitasi World Bank,” tutup Seno. (*)