Sekolah Rakyat Butuh Waktu Adaptasi Lebih Panjang, Ini Penjelasan Mensos

0e550690 4791 458c b9a0 e446861956a2
Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul, saat melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 58 di kawasan SMAN 16 Samarinda, Rabu (8/10/2025). (ns/kaltimvoice)

KALTIMVOICE.ID, SAMARINDA — Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang biasanya hanya berlangsung dua minggu di sekolah umum, ternyata membutuhkan waktu jauh lebih lama di Sekolah Rakyat.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul, saat melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 58 di kawasan SMAN 16 Samarinda, Rabu (8/10/2025).

Gus Ipul menyebut bahwa lamanya masa pengenalan di Sekolah Rakyat bukan tanpa alasan. Karena institusi ini masih dalam tahap awal pengembangan, maka seluruh elemen yang terlibat, baik siswa, tenaga pendidik, hingga pejabat pelaksana memerlukan waktu lebih untuk beradaptasi.

“Tapi di lingkungan sekolah rakyat bisa jadi dua bulan, bisa jadi tiga bulan,” ujar Gus Ipul.

Sebelumnya, pembukaan resmi MPLS di SRT 58 telah dilangsungkan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada Selasa (30/9/2025). Sekolah ini menjadi bagian dari program nasional yang bertujuan menghadirkan pendidikan yang lebih inklusif dan terintegrasi dengan nilai-nilai sosial.

Gus Ipul menekankan bahwa seluruh komponen di lingkungan Sekolah Rakyat tergolong baru dan belum sepenuhnya mengenal sistem serta budaya satu sama lain.

“Maka perlu saling mengenal dengan baik lingkungannya. Maka itu ini bisa ada proses yang cukup lumayan lebih panjang dari MPLS di sekolah-sekolah umum,” imbuhnya.

Tak hanya siswa, proses pembentukan karakter dan kedisiplinan juga berlaku bagi seluruh tenaga pendidik dan kepala sekolah. Demi mendukung tujuan tersebut, Kementerian Sosial menggandeng institusi TNI dan Polri sebagai mitra dalam pembinaan awal.

“Untuk penguatan kedisiplinan, tidak hanya siswa tetapi juga guru dan kepala sekolah, kami melibatkan TNI dan Polri agar semua pihak memiliki tanggung jawab dan kedisiplinan yang sama,” jelas Gus Ipul.

Penguatan peran guru dan kepala sekolah menjadi sorotan penting. Gus Ipul memastikan bahwa mereka telah melalui serangkaian pelatihan dan pembekalan sebelum terjun langsung ke lapangan.

Tak tanggung-tanggung, pembekalan itu juga melibatkan Presiden RI secara langsung.

“Guru kepala sekolah ini telah mengikuti retret, sudah mengikuti pembekalan, bahkan sudah bertemu langsung dengan presiden, diberi pembekalan langsung oleh presiden,” katanya.

Tak hanya itu, para pengajar juga menerima arahan dari sejumlah tokoh dan pakar di bidang pendidikan dan sosial. Dengan modal tersebut, Gus Ipul yakin para guru sudah siap menjalankan peran penting mereka di Sekolah Rakyat.

“Guru-guru sudah tahu apa yang harus dilakukan. Nah, cuma yang perlu saya sampaikan, di masa-masa awal seperti ini, kondisinya memang kita akan menemukan dinamika-dinamika,” ungkapnya.

Adaptasi terhadap lingkungan dan rutinitas baru menjadi tantangan tersendiri bagi para siswa, terlebih bagi mereka yang mengalami kerinduan terhadap rumah atau belum terbiasa dengan kedisiplinan yang diterapkan.

Namun demikian, Gus Ipul optimis bahwa seiring waktu, para siswa akan mampu beradaptasi dengan baik, sebagaimana yang telah terbukti di sekolah rakyat lain di wilayah berbeda.

“Siswa-siswa menunjukkan perkembangan positif. Mereka menjadi lebih disiplin, lebih tertib, dan lebih nyaman mengikuti proses pembelajaran,” ujarnya.

Lebih jauh, Gus Ipul memberikan pesan khusus kepada para guru dan kepala sekolah, khususnya di jenjang Sekolah Dasar.

Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam mendampingi siswa di tahap-tahap awal pembelajaran.

“Maka di guru sama kepala sekolah itu perlu empati. Jadi yang pertama-tama empati kepada anak-anak kita ini. Kemudian yang kedua penuh kesabaran. Kasih sayang. Itu yang diperlukan,” tandasnya. (ns)

Share:

Facebook
Telegram
WhatsApp
X

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *